Dukung Pelestarian Bekantan, PT Pertamina EP Sangasanga Field Ajak Pekerja Migas Kenali Program Ekowisata Sungai Hitam Lestari
POSKOTAKALTIMNEWS,
JAKARTA: Dalam rangka meningkatkan
dukungan pekerja migas di lingkungan Subholding Upstream Pertamina terhadap
upaya pemulihan habitat Bekantan, PT Pertamina EP (PEP) Sangasanga Field
memaparkan keberhasilan Program CSR Ekowisata Sungai Hitam Lestari (SHL) dalam Forum
Komet (Knowledge Management) Webinar yang difasilitasi oleh Direktorat SDM PT
Pertamina Hulu Energi (PHE) pada Jumat (19/07). Dalam forum ini, PEP Sangasanga
Field menghadirkan dua narasumber, yakni Senior Manager Sigid Setiawan dan Head
of Communication Relations & CID Zona 9 Elis Fauziyah.
Program Ekowisata Sungai Hitam (SHL) merupakan salah satu program CSR unggulan di bidang lingkungan yang berfokus pada konservasi Bekantan melalui upaya pemulihan dan revitalisasi habitatnya di wilayah Samboja, Kalimantan Timur. Di tahun 2023 lalu, program ini berhasil menghantarkan PEP Sangasanga Field menerima penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Sigid menjelaskan, Program
SHL menjalankan kegiatan konservasi Bekantan, ekowisata, dan pengembangan UMKM
sekaligus. “Langkah pemulihan atau revitalisasi habitat Bekantan ini dapat
menjaga keberadaan populasi satwa endemik Pulau Kalimantan itu untuk dapat
terus hidup dan berkembang biak. Artinya jumlah populasi Bekantan diharapkan akan
meningkat,” jelas Sigid.
Saat ini populasi Bekantan di
wilayah Samboja, khususnya Sungai Hitam, diperkirakan mencapai sekitar 400
ekor, jauh lebih banyak dibandingkan pencatatan pada tahun 2013 silam yang
diperkirakan hanya sekitar 188 ekor.
“Untuk pemulihan habitan
Bekantan, sejak pelaksanaan program SHL ini di tahun 2019 PEP Sangasanga telah
menanam 2.500 bibit mangrove yang merupakan bahan makanan Bekantan,” ujarnya.
Keberadaan hutan mangrove saat ini dengan luasan 120 hektar yang terus
dipulihkan kondisinya di kawasan ini tercatat dapat menyerap emisi karbon
hingga 175,34 ton CO2eq/tahun.
Menurut Sigid, program ini mendukung
banyak kegiatan produktif dan bernilai ekonomi, seperti pengadaan susur sungai
untuk aktivitas wisata, pelatihan tour
guide, edukasi ekowisata bagi anak-anak sekolah, hingga pembuatan produk
turunan dari nipah dan daun mangrove.
Selain itu, kolaborasi
perusahaan dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat diyakini Sigid
menjadi pendukung keberhasilan pelaksanaan dan rencana pengembangan program ini.
“Kita berharap kemandirian program bisa dicapai pada 2028. Untuk itu pada tahun
2024 ini saja, PEP Sangasanga Field meresmikan beberapa fasilitas penunjang
dalam program SHL ini, seperti pojok belajar, pujasera, tempat parkir, dan
toilet yang bertujuan mendukung pengembangan ekowisata agar menarik lebih
banyak pengunjung,” imbuhnya.
Sementara itu, Elis Fauziyah
menyampaikan bahwa Program SHL ini merespon dua masalah sekaligus, yaitu isu
perekonomian masyarakat dan semakin minimnya habitat Bekantan di wilayah ini.
“PEP Sangasanga Field berkomitmen menjalankan program.
tanggung jawab sosial dan
lingkungan Perusahaan atau CSR yang mendukung pengembangan dan kemandirian
masyarakat selaras dengan pencapaian Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan
atau SDGs,” ujar Elis.
Program SHL dilaksanakan
untuk mendukung pencapaian tiga tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)
sekaligus, yakni Tujuan 1 tentang mengurangi kemiskinan (no poverty), Tujuan
8 tentang meningkatkan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (decent work
and economic growth), serta Tujuan 15 tentang mendukung kehidupan di
daratan (life on land).(pk)