Optimalisasi Posyandu dan Pemanfaatan Pangan Lokal Jadi Kunci Penurunan Stunting

img

POSKOTAKALTIMNEWS, BERAU : Peran strategis Posyandu dalam memberikan layanan kesehatan yang berkualitas bagi balita dan ibu hamil, diharapkan mampu menciptakan generasi penerus yang sehat dan kuat. Disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Lamlay Sari, dengan pertimbangan itu pentingnya peningkatan kapasitas Posyandu sebagai prioritas dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting di Berau .

 

 “Dari pertumbangan itu mengarahkan kebijakan percepatan penurunan stunting untuk mendukung target RPJMN, yakni dari 21,5% pada tahun 2023 menjadi 14% pada tahun 2024. Tantangan yang kita hadapi sangat besar, terutama mengingat angka prevalensi stunting di Berau yang mencapai 23%,” hal ini disampaikan Lamlay Sari saat ditemui usai kegiatan di SM tower, Selasa (22/10/2024).

 

Mengutip data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, selain stunting, Lamlay juga memaparkan data prevalensi masalah gizi lainnya di Berau, seperti balita underweight yang mencapai 19,4%, overweight sebesar 4,9%, dan wasting sebesar 7,1%. Sementara itu, prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 27,7% dan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebesar 16,9%.

 

Lamlay Sari menjelaskan bahwa masalah gizi pada balita disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya asupan makanan bergizi hingga seringnya terinfeksi penyakit. Pola asuh yang kurang tepat, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, serta kondisi sosial ekonomi juga turut berperan dalam memperburuk situasi ini.

 

“ Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal menjadi salah satu solusi untuk menangani masalah gizi pada balita dan ibu hamil. Kegiatan ini harus disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk perubahan perilaku, seperti dukungan pemberian ASI, kebersihan, dan sanitasi bagi keluarga,” jelasnya.

 

Dinkes juga tamahnya, memiliki keragaman hayati yang luar biasa dengan potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal.  Negara Indonesia merupakan negara dengan keragaman hayati terbesar ketiga di dunia. Setidaknya ada 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6 jenis daging, dan 389 jenis buah-buahan yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan gizi keluarga.

“Data dari Badan Ketahanan Pangan 2020 dan Neraca Bahan Makanan 2022, saya berharap program PMT berbahan pangan lokal ini tidak hanya mampu menangani masalah gizi, tetapi juga mendorong kemandirian pangan dan gizi keluarga di Kabupaten Berau secara berkelanjutan,” pungkasnya. (sep/FN)