Jumlah UMKM di Kaltim Meningkat

img
(Fuad Assadin)


SAMARINDA- Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi (Disperondagkop) dan UMKM Kaltim Fuad Assadin mengatakan Pada 2019 lalu, jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
di Kaltim  baik yang bernama dan beralamat teridentifikasi (by name and by adress),  yang sudah  dilaporkan oleh kabupaten/kota sebanyak 307.343 unit.

Pada akhir 2018 sebelumnya, kata Fuad  jumlah UMKM dilaporkan mencapai 314.245 unit, namun yang beralamat dan bernama baru mencapai 211.548 unit.   Dengan demikian terjadi peningkatan yang telah teridentifikasi tahun 2018 sampai  2019 sebesar 45,28 persen. Dan

Diperkirakan UMKM existing, tahun 2018 dan penambahan 2019 yang belum teridentifikasi masih kurang lebih 7.500 sampai  8.0000 unit," kata Fuad Assadin melalui Whatsapp,Minggu (29/3/2020).

Fuad Assadin menambahkan, UMKM Kalim seperti juga di Provinsi lain di Indonesia, sebagian besar masih di kelas Usaha Mikro (UM) 94,96 persen, dan sisanya 5,03 persen dari Usaha Kelas Kecil (UK) 4,61 persen, dan Usaha Kelas Menengah sebesar 0,42 persen.

" Pada tahun 2019, semua bidang pelaku Usaha  Mikro, di Kaltim mengalami peningkatan. Pelaku usaha ini sebagian besar bergerak dibidang perdagangan sebesar 169.142 unit, 2018 masih sebesar 119.554 unit, peningkatan 41,48 persen. Kemudian, disusul oleh bidang usaha Industri makanan dari 60.557 unit menjadi 93.996 unit atau meningkat sebesar 55,22 persen. Jasa meningkat sebesar 61,07 persen, dari 17.825 unit menjadi 28.711 unit.

" Industri pengolahan meningkat sebesar 13,27 persen dari 12.290 unit, menjadi 13.921 unit  dan industri kerajinan meningkat 18,99 persen dari sebanyak 1.322 unit, menjadi 1.573 unit," ujarnya.

Ditambahkan akhir 2019 lalu, sebanyak 290.760 UMKM teridentifikasi  94,60 persen pelaku usaha ini menyebar di tiga kota utama di Kaltim yaitu masing masing Kota Samarinda 158.624 unit, Kota Balikpapan 105.060 unit dan Kota Bontang 27.076 unit.

" Sedangkan sisanya sebesar 16.583 (5,40 persen) menyebar di 7 (tujuh) kabupaten lainnya," tandasnya.
Fuad Assadin  mengatakan, peran UMKM sangat strategis, dalam upaya mendorong pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan UMKM merupakan mayoritas  pelaku usaha. Menyumbang PDRB sebesar 12,48 persen. Menyediakan lapangan kerja kurang lebih 97 persen. Masih besarnya pasar dalam negeri  bagi produk UMKM.

" Selain itu,  UMKM  lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dengan dukungan sumber kekayaan alam, kemudian komposisi modal sendiri lebih besar dari pada modal luar. Serta UMKM dapat mendorong ekpor bagi produk Indonesia dan Kaltim khususnya, serts  lebih lentur terhadap krisis gejolak ekonomi global," paparnya.
Sayangnya, lanjut Fuad UMKM Kaltim masih belum berperan optimal. Hal ini terindikasi dari struktur kelas UMKM kita, yang sebenarnya juga Nasional. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah usaha mikro, dan lambatnya perkembangan kelas usaha kecil dan menengah naik kelas.

" Hal ini terjadi karena perkembangan dan daya saing UMKM secara umum masih terbatas. Kebanyakan UMKM baru mampu memproduksi, namun belum mampu memasarkan produk secara lebih baik. Lemahnya pemasaran ini bukan hanya persoalan pasar, tetapi banyak aspek-aspek yang lain secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh sehingga banyak usaha UMKM yang lambat perkembangannya, ada yang mengalami kerugian, tidak balik modal, bahkan ada yang berhenti usahanya," papar Fuad  Assadin.(mar)