Diingatkan Program MBG Harus Utamakan Keamanan dan Kualitas Gizi, Subroto: Jangan Asal Jalan, Risiko Keracunan Nyata
POSKOTAKALTIMNEWS, BERAU : Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Berau, Subroto, menegaskan bahwa pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena menyangkut keselamatan dan kesehatan anak-anak Sekolah. Dari pertimbangan itu Ia mengingatkan agar Pemkab Berau tidak terburu-buru menjalankan program tersebut sebelum seluruh aspek keamanan pangan dan tenaga ahli benar-benar siap.
“Kami ingatkan
program ini berkaitan dengan persoalan nyawa. Kalau sampai terjadi keracunan
massal di sekolah, dampaknya luar biasa. Untuk itu menurut kami MBG ini harus benar-benar kita tangani secara
serius,” tegas Subroto belum lama ini dikantor Dewan.
Tambah Subroto, bisa saja menimbulkan potensi bahaya jika
makanan yang disediakan dalam program MBG tidak melalui pengawasan ketat.
Melihat kasus di berbagai daerah, banyak kasus keracunan massal akibat
kelalaian dalam pengolahan dan penyimpanan bahan makanan.
“Bayangkan kalau satu
sekolah, bahkan ribuan anak, terdampak keracunan. Rumah sakit kita bisa
kewalahan. Jadi ini bukan hal sepele,” ujarnya.
Menurutnya, sebelum
MBG benar-benar dijalankan, pemeriksaan dapur penyedia makanan, sanitasi
lingkungan, dan kebersihan alat masak harus dilakukan secara menyeluruh.
Ia juga meminta agar Dinas
terkait memastikan tidak ada potensi
kontaminasi limbah atau sumber penyakit di sekitar dapur pengolah makanan.
Selain soal
kebersihan, Subroto juga mengingatkan
sumber bahan baku makanan yang selama ini didatangkan dari luar daerah.
Ia menyarankan agar Pemkab Berau mulai memprioritaskan bahan lokal, terutama dari sektor perikanan.
“Kenapa harus
bergantung pada bahan dari luar? Kita punya ikan yang jauh lebih baik daripada
ayam impor. Kalau pakai ikan lokal, nelayan kita juga terbantu, dan barangnya
lebih segar,” jelasnya.
Dengan mengganti
bahan baku dari ikan segar lokal, kata Subroto, program MBG tidak hanya lebih
sehat dan aman, tapi juga bisa
menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir.
Dalam pelaksanaan
program MBG, Subroto menegaskan pentingnya keberadaan tenaga ahli gizi yang
kompeten di setiap tahapan, mulai dari perencanaan menu, pengolahan, hingga
distribusi makanan ke sekolah.
“Harus ada ahli gizi
yang benar-benar paham di bidangnya. Jangan hanya sekadar nama. Kalau memang
belum siap tenaganya, lebih baik tunda dulu daripada dipaksakan dan berisiko
tinggi,” ujarnya tegas.
Ia bahkan
meminta Dinas Kesehatan untuk
merekomendasikan langsung nama-nama ahli gizi yang berpengalaman agar
pelaksanaan program bisa berjalan maksimal dan tepat sasaran.
Subroto menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa program MBG harus menjadi investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia Berau, bukan sekadar proyek seremonial.
“Anak-anak kita
adalah masa depan daerah. Jangan sampai program yang niatnya baik justru
membahayakan mereka karena tergesa-gesa,” pungkasnya. (sep/FN/Advertorial)