Peningkatan Literasi Warga Binaan, Pemkab Kukar dan GLK Bangun Perpustakaan di Lapas Perempuan
(Peresmian Perpustakaan di Lapas Perempuan Tenggarong/pic:Tanty)
POSKOTAKALTIMNEWS,KUKAR: Dalam upaya memperkuat budaya
literasi di lingkungan pemasyarakatan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai
Kartanegara (Kukar) bersama Gerakan Literasi Kutai (GLK) membangun perpustakaan
di Lapas Perempuan Tenggarong. Inisiatif ini menjadi langkah nyata untuk
membuka akses pengetahuan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), sekaligus
mendorong proses pembinaan yang lebih humanis dan berkelanjutan.
Bagi para
WBP, buku bukan sekadar bacaan ia adalah jendela menuju dunia luar dan
pengingat bahwa kesempatan untuk berubah selalu ada. Karena itulah, kerja sama
antara Pemkab Kukar, GLK, dan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) ini
diharapkan dapat memberikan ruang belajar yang bermakna bagi para penghuni
lapas.
Peresmian
perpustakaan ini berlangsung di Kantor Lapas Perempuan Tenggarong, Selasa
(03/11/2025), yang dirangkai dengan kegiatan membaca cerita bersama WBP.
Momentum ini menandai babak baru bagi pembinaan berbasis literasi di lembaga
pemasyarakatan tersebut.
Sekretaris
Daerah (Sekda) Kukar, Sunggono, yang hadir langsung pada peresmian tersebut
menyampaikan apresiasi kepada Diarpus dan seluruh pihak yang terlibat dalam
inisiatif ini. Menurutnya, akses terhadap buku adalah bagian penting dari
pembinaan kepribadian dan penguatan kapasitas diri bagi para WBP.
“Kami
berharap ini menjadi semangat baru bagi mereka untuk terus belajar, memperbaiki
diri, dan menatap masa depan dengan lebih baik,” ujarnya saat diwawancarai awak
media usai peresmian.
Sebanyak
300 buku dengan berbagai tema kini mengisi rak-rak perpustakaan baru di Lapas
Perempuan Tenggarong. Koleksi tersebut dihadirkan berkat penandatanganan kerja
sama antara Kepala Lapas Perempuan Tenggarong Riva Dilyanti, Plt Kepala Diarpus
Kukar Rinda Desiantii, dan Ketua GLK Erwan Riyadi.
Dalam
kesempatan yang sama Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
(DitjenPAS) Kaltim, Hernowo Sugiastanto, menilai langkah ini sebagai bentuk
inovasi pembinaan yang patut diapresiasi.
“Program
literasi ini memberikan ruang bagi WBP untuk memperkaya wawasan dan menyiapkan
diri kembali ke masyarakat,” ucapnya.
Sementara
itu, Kalapas Perempuan Tenggarong Riva Dilyanti mengungkapkan bahwa pihaknya
terus berupaya meningkatkan pembinaan, meski jumlah WBP kini mencapai 371
orang, melebihi kapasitas yang ada. Selain kegiatan membaca, berbagai pelatihan
seperti tata boga, salon, dan bimbingan psikologis juga terus dijalankan.
Diakui
Riva, kehadiran perpustakaan menjadi tambahan penting dalam upaya pembinaan
mental dan keterampilan.
“Kami
ingin mereka keluar dari sini bukan dengan rasa takut, tetapi dengan bekal pengetahuan
dan kemampuan baru. Mereka berhak mendapat kesempatan untuk berubah,” katanya.
Dirinya
juga menambahkan melalui gerakan literasi ini, Lapas Perempuan Tenggarong tak
hanya menjadi tempat pembinaan, tetapi juga ruang pembelajaran dan harapan
baru.
“ Semoga
dengan kehadiran perpustakaan ini menjadi simbol bahwa di balik jeruji besi,
semangat untuk tumbuh dan memperbaiki diri tetap hidup,” pungkas Riva. (Adv/Tan)