Tantangan Guru di Masa Pandemi Covid 19
Oleh :Nurul Hidayah,
S.Pd,l Penulis adalah Guru di MTs Negeri 2 Kutai Kartanegara
SEJAK
merebaknya wabah Covid 19 di belahan bumi, kegiatan belajar mengajar yang
sedari awal dilaksanakan di sekolah kini harus dihentikan. Materi yang biasanya guru sampaikan di kelas
secara tatap muka harus disampaikan di rumah masing-masing. Terlebih adanya
Surat Edaran (SE) dari Mendikbud No. 4 Tahun 2020 yang memberikan himbauan
untuk belajar dari rumah melalui pembelajaran daring atau pembelajaran jarak
jauh. Hal tersebut bertujuan untuk memutus mata rantai covid 19.
Bagi
guru, melaksanakan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh adalah
suatu pengalaman baru. Banyak guru yang belum terbiasa melakukan pembelajaran
jarak jauh, hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Menurut
pengamatan dan refleksi penulis, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru
dalam melaksanakan pembelajaran di masa covid 19. Apa saja tantangan tersebut?
Berikut ulasannya.
1.Guru
Dituntut Melek Teknologi
Pembelajaran
dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh guru saat
pandemi Covid 19 menuntut guru untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal.
Bagi guru yang terbiasa menggunakan teknologi dalam kegiatan belajarnya, tentu
hal ini tidak menjadi masalah. Sebaliknya, bagi guru yang masih awam teknologi,
hal ini tentu menjadi masalah. Padahal pembelajaran jarak jauh memerlukan
kreativitas dalam memanfaatkan media daring yang digunakan. Hal ini bertujuan
agar siswa mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan
pembelajaran jarak jauh akan menyenangkan dengan memanfaatkan media daring yang
ada.
2.Ketidakstabilan
Signal Internet
Signal
internet adalah sesuatu yang wajib ada dalam pembelajaran daring. Letak
geografis rumah siswa yang berbeda-beda menjadi masalah terutama terkait
kestabilan signal internet. Siswa yang tinggal diperkotaan atau padat penduduk
mempunyai signal internet yang stabil. Akan tetapi siswa yang tinggal di
pedalaman seperti pedesaan yang jauh dari kota atau yang jarang penduduknya
memiliki jangkauan signal internet yang lemah dan tidak stabil. Bahkan kadang
signal internet tidak bisa dijangkau sama sekali, sehingga ada beberapa siswa
yang harus naik pohon atau mencari tempat yang dapat menjangkau signal
internet. Ketidakstabilan signal internet membuat kegiatan pembelajaran jarak
jauh yang dilakukan oleh guru tidak efektif.
3.Sulitnya
Mengukur Keberhasilan Tujuan Belajar
Dalam
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, siswa diberi tugas untuk menilai apakah
siswa tersebut sudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Ketika siswa
sudah memahami pelajaran tersebut, maka tujuan belajar dianggap sudah berhasil.
Namun,
masalahnya adalah dalam pembelajaran jarak jauh guru tidak bisa mengontrol
langsung apakah siswa tersebut benar-benar menyelesaikan tugasnya sendiri. Bisa
jadi saat ujian, orang lain yang diminta menjawab soal tersebut. Seperti berita
yang beredar di media sosial beberapa hari yang lalu, ada siswa yang bahkan
bisa tidur atau melakukan game saat guru sedang menyampaikan materi melalui
aplikasi zoom meeting. Dalam kondisi seperti ini, nilai yang diperoleh
siswa tentu kurang akurat kebenarannya. Hal itu menyebabkan guru sulit untuk
mengetahui apakah siswa tersebut sudah memahami materi yang juga merupakan
tolak ukur keberhasilan tujuan belajar.
4.Kondisi
Ekonomi Orang Tua Siswa yang Beragam
Siswa
yang berasal dari berbagai kalangan ekonomi membuat kondisi bahwa tidak semua
siswa siap mengikuti pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh yang
dilakukan oleh guru. Siswa yang orang tuanya tergolong mampu, dapat membelikan
gawai (handphone) yang canggih dan sesuai untuk kegiatan pembelajaran daring.
Namun siswa yang berasal dari orang tua yang kurang mampu, tidak bisa
membelikan gawai yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran daring. Mengingat
bahwa tidak semua gawai bisa digunakan untuk belajar daring. Biasanya gawai
dengan kriteria tertentu yang dapat digunakan dalam pembelajaran daring. Tidak
hanya itu, siswa juga perlu mengisi gawai tersebut dengan pulsa (kuota)
internet agar bisa digunakan dalam pembelajaran daring. Kita tahu sendiri,
bahwa harga pulsa (kuota) itu tidak murah. Sehingga keadaan ekonomi orang tua
siswa juga menentukan kelancaran pembelajaran daring atau jarak jauh yang
dilakukan oleh guru.(*)