APBD Kukar Rapuh,80 Persen Ditopang Dana Perimbangan
TENGGARONG, Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kutai Kartanegara Wiyono, menyatakan bahwa kondisi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kukar rapuh, pasalnya selama ini
yang menopang besarnya nilai APBD Kukar bersumber pada Dana Bagi Hasil (DBH)
Minyak dan Gas (Migas).
“Kondisi APBD kita sangat rapuh sekali,
karena selama ini tertopang hanya dari DBH dari pusat yang bersumber dari
Migas, ketiga harga anjlok maka transfer ke daerah juga menurun,” kata Wiyono
belum lama ini.
Wiyono menyatakan, nilai APBD Kukar pada
puncaknya pada 2013 lalu dimana mencapai Rp9 triliun, kemudian di 2014 menurun
menjadi Rp7 triliun, sedangkan di 2016 kisaran Rp6 triliun, menginjak 2017
nilai APBD menurun dratis menjadi hanya Rp4,1 triliun.“Asumsi pada 2018 nanti juga
akan mengalami penurunan, dan diestimasikan hanya kisaran Rp3 triliunan saja
APBD Kukar,” tegas Wiyono.
Kukar tak lagi menyandang sebagai daerah
terkaya di Kaltim maupun di Indonesia, karena selama ini ketergantungan
terhadap SDA sangat tinggi sekali.
Secara terpisah Kepala Badan Pendapatan
Daerah (Bapenda) Kukar H Totok Heru Subroto, menyatakan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kukar setiap tahunnya hanya kisaran Rp72 miliar, begitu pula pada target
2017 ini kisaran Rp72 miliar yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi
daerah.
“Namun secara keseluruhan PAD kita ini
mencapai Rp400 miliar lebih, dimana kebanyakan itu merupakan memang hak Kukar,
seperti Bosnas, BLUD RSU AM Parikesit dan pendapatan lain yang sah,” katanya.
Totok menjelaskan, untuk mengenjot PAD
murni, sangat sulit hanya mengandalkan pajak daerah dan retribusi daerah
seperti yang selama ini dilakukan, tetapi perlu inovasi baru dengan
memaksimalkan pajak yang masih berkaitan dengan sumber daya alam (SDA), seperti
perkebunan, pertanian maupun perikanan, kemudian harapan PI Blok Mahakam yang
direncanakan akan mulai dilakukan di 2018, serta pengelolaan Pelabuhan
Samboja.awi/poskotakaltimnews.com