Gayeng, Diskusi 3 Tokoh Seni Kaltim

img

Rusman Yakub, Hamdani dan Syafril Teha Noor.

PERTEMUAN dan pembicaraan antara anggota DPRD Kaltim Rusman Yakub, dengan dua tokoh Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim, Syafril TH Noor dan Hamdani di Hutan Pinus Mangunan Bantul, terlihat menarik. Ketiganya tampak serius membedah dan membicarakan kehidupan kesenian dan budaya yang ada di Kaltim. Tanpa ada sekat dan meskipun cuma ditemani segelas kopi atau segelas teh, diskusi mereka bertiga tampak ganyeng (enak seenak-enaknya).

Mereka tertawa lepas, tanpa ada beban. Bisa jadi pertemuan yang tidak terduga itu ternyata akan membawa dampak besar, bagi kelangsungan dan perkembangan seni budaya di Kaltim. Apalagi sebulan yang lalu Perda (Peraturan Daerah) Pemajuan Kebudayaan Kaltim telah di ketok dan sah menjadi produk hukum DPRD Kaltim. Dengan adanya Perda Pemajuan Kebudayaan itu, maka bisa dipastikan perkembangan seni budaya dari wilayah pesisir, keraton dan pedalaman akan cepat berkembang. Inisiasi pembuatan Perda Pemajuan Kebudayaan itu tak lepas dari peran pengurus DKD saat ini yang dipimpin Syafril Teha Noor, Hamdani, Wawan Timoer, Herman Ashari, H Pance, Syaiful Yasan dan yang lainnya. Kekompakan dan rasa memiliki akan kesenian dan budaya Kaltim, demikian mengkengkeram jiwa pengurus, sehingga mereka berusaha dengan mati-matian mengajukan sebuah usulan yang bisa mengangkat nilai-nilai budaya dan seni yang ada di Kaltim. Dan usaha keras mereka berhasil. Perda Pemajuan Kebudayaan Kaltim adalah tonggak sejarah peradaban DKD Kaltim, tentunya juga bersama dengan anggota DPRD Kaltim yang ikut menggodoknya seperti Syarkowi V Zahry, Rusman Yakub, Elly Hartati, Ali Hamdi, Saefuddin Zuhri, Puji Setyowati, Yenny Eviliana, Hj Sukmawati, Jahidin, HM Syahrun, Mimi Meriami, Nidya Listiyono, Veridiana Wang, serta Yekti Utami dan lainnya, yang kemungkinan besar akan disusul dengan adanya Pergub tentang kesenian atau DKD.

Kaltim sebagai wilayah yang boleh dikatakan miniatur Indonesia, karena hampir semua suku di Indonesia ada. Peran DKD di masa depan akan semakin berat, namun hal itu tentunya sudah difikirkan oleh petinggi-petinggi DKD dan juga anggota DPRD serta stake holder. Kekuatan Perda itu jadi tumpuan perkembangan seni budaya di Kaltim. Bahkan untuk masa datang, bukan tak mungkin pengurus DKD dari provinsi lain akan berkunjung ke Kaltim, belajar dan mencontoh Perda Pemajuan Kebudayaan Kaltim. 

Diskusi dan pembicaraan tiga pendekar seni budaya Kaltim itu, demikian cairnya, tidak ada sekatnya, mengalir bak gemercik aliran sungai yang membelah hutan pinus di Mangunan. Hembusan angin, dinginnya udara, tak membuat ketiganya terganggu. Ganyeng....bener-bener gayeng.(hoesin kh)